Syafira Niasri Khoirun Nisa
SITUS PANJI GAMBYOK KABUPATEN KEDIRI
Situs cagar budaya merupakan salah satu benda hasil akal budi manusia yang harus diberikan pencagaran atau perlindungan, karena apabila tidak ada perlindungan dikhawatirkan dapat mengalami kerusakan dan kepunahan.
Situs Panji Gambyok terletak di Desa Gambyok Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri, situs ini terdiri dari struktur bata kuna dan sebuah batu berelief cerita panji yang ada dalam situs tersebut merupakan sebuah lakon atau tokoh-tokoh nyata yang sangat legendaris dalam sejarah Jawa terutama wilayah Jawa Timur. Relief panji ini dipahatkan pada sisi batu andesit yang diperkirakan berasal dari abad XIII Masehi. Keunikan relief Panji Gambyok ini adalah gaya pahat, tokoh, serta cerita yang ditampilkannya selaras dengan nuansa panji.
Relief Panji Gambyok berdasakan penafsiran W.F. Stutterheim dan Poerbatjaraka memiliki penggalan dari kisah Panji pada masa keemasan Kerajaan Majapahit dan merupakan visualisasi dari kisah cerita “Panji Semirang.” Tokoh-tokoh yang digambarkan dalam relief adalah Punta, Kertala, Brajanata, Pangeran Anom, Semar dan Panji Asmarabangun (yang sedang duduk dengan kaki berlipat di depan kereta berdoa dua). Bagian relief dalam situs ini berdasarkan penggambaran Poerbatjaraka tahun 1968 yang sesuai dengan kisah Panji Semirang pada saat bertemu dengan kekasih pertamanya yaitu Martalangu (Dewi Anggreni) seorang putri dari Kyai Patih Kudanawarsa di dalam hutan ketika sedang berburu.
Pada relief situs ini juga digambarkan ada seorang tokoh pria yang bertopi tekes sedang duduk di kereta, itu adalah tokoh Panji Asmarabangun atau Raden Inu Kertapati dan tokoh yang sedang duduk di depannya yang berada di atas tanah adalah Prasanta.
Relief tersebut juga menggambarkan sebuah kereta yang belum dilengkapi dengan kuda yang sesuai dengan alur cerita bahwa mereka semuanya baru berencana akan membawa Martalangu atau Dewi Anggreni dari hutan menuju kota. Pada situs Panji Gambyok terdapat sebuah gapura yang digunakan sebagai pintu masuk dan pintu keluar dari lokasi situs dengan tipe gerbang terbelah atau candi bentar.
Di dalam lokasi situs Panji Gambyok sebuah relief tersebut berada dalam lindungan sebuah bangunan dan diberikan pagar besi agar benda cagar alam itu terpelihara keasliannya dan untuk melindungi dari kerusakan yang disebabkan oleh manusia ataupun oleh alam. Bangunan tersebut dibangun saat adanya peresmian cagar budaya tersebut. Ketika seorang pengunjung atau tamu untuk melihat sebuah relief tersebut diharapkan untuk mengucapkan salam dan melepas alas kakinya ketika menginjakkan kaki dalam bangunan itu. Gunanya untuk menghormati dan menghargai sebuah warisan dari hasil karya leluhur kita.
Komentar
Posting Komentar